By. Saifullah Idris
Filsafat telah ada sejak manusia itu ada
(Pidarta, 2001). Filsafat berasal dari bahasa Yunani, taitu philos yang
artinya cinta dan Sophia yang artinya kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi,
filsafat artinya cinta akan kebijaksanaan atau kebenaran. Secara ilmiah
definisi filsafat yaitu usaha berpikir radikal dan hasil yang diperoleh dari
menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang menyeluruh secara sistematis
tentang alam semesta serta tempat dilahirkannya manusia.
Filsafat
pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta, 2001). Landasan filosofi pendidikan
adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan
tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan
filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Terdapat
hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap gagasan-gagasan
pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang
pendidikan apa adanya, melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang
seharusnya atau yang dicita-citakan.
Dalam
landasan filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran pemikiran. Hal ini
muncul sebagai implikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat.
Sehingga dalam landasan filosofi pendidikan pun dikenal adanya landasan
filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
Tujuan pendidikan beberapa aliran filsafat bisa
membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas
adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk
individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa
tanggung jawab kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari
Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi
ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti
atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk
menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat.
Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus
ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi
diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral. Paham behaviorisme memandang
perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan
hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan
pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan
pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab
dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan
diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks,
pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru
dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan
individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan
hidupnya. Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan
menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang
didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan
menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi
antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi,
yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang
jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan
praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang
guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu
dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi
pada diri peserta didik.