COVID-19: Latar Belakang
Covid-19 dan
pendidikan
Dalam beberapa bulan, belajar dalam bayang-bayang COVID-19, penutupan sekolah berdampak pada lebih dari 1,4 miliar pelajar (UNESCO, 2020). Banyak sekolah dengan sumber daya untuk melakukan hal tersebut telah berporos pada strategi pengajaran jarak jauh darurat (Hodges, Moore, Lockee, Trust, & Bond, 2020) di samping melanjutkan kursus online “tradisional”. Praktis dalam semalam, tampaknya para pendidik di mana-mana berjuang untuk melanjutkan apa yang mereka ajarkan dan bagaimana mereka mengajar secara konsisten, memanfaatkan teknologi jaringan sebagai sumber utama pendidikan. Maka, pembelajaran online adalah cara untuk membatasi penyebaran virus yang menular seperti COVID-19. UNESCO mengatakan bahwa 291 juta anak di seluruh dunia telah terganggu oleh penyebaran COVID-19, dengan penutupan sekolah dasar dan menengah di 13 negara secara nasional dan penutupan sebagian di sembilan negara lainnya. Pembelajaran online adalah respon yang berkembang terhadap penutupan ini. Perguruan tinggi dan universitas yang melihat situasi yang sedang berkembang juga mengeksplorasi pembelajaran online sebagai satu tanggapan, beberapa institusi baru untuk pertama kalinya. Tantangan untuk program pembelajaran dari semua tingkatan (primer hingga tersier) sekarang adalah memungkinkan individu untuk berkembang di dunia yang membutuhkan lebih banyak bakat yang imajinatif, kreatif, inovatif, dan lintas budaya, bukan pekerja generik yang dapat mengisi kursi di kantor atau pabrik . Jalur untuk memenuhi persyaratan ini adalah melalui pengembangan lingkungan sekolah dan pengaturan pembelajaran profesional yang mendorong pembelajaran yang tidak terlihat. Kita terlalu sering berasumsi bahwa motivasi untuk belajar harus ekstrinsik. Artinya, kami telah tumbuh untuk percaya bahwa peserta didik tidak akan belajar apa pun kecuali mereka mengatakan apa yang harus dipelajari. Sebagian besar pemerintah dunia, yang peduli terhadap ekonomi mereka dari kekacauan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, melakukan beberapa hal. Lembaga pendidikan, dan pendidik, sebuah paket diluncurkan untuk dicerna dalam dosis bombastis, baik oleh pendidik tanpa pengalaman dengan teknologi digital sebelumnya dan oleh pendidik yang sudah mengadopsi teknologi digital dalam praktik pendidikan mereka hanya dengan satu tujuan, yaitu "menyelamatkan" program pendidikan. Banyak yang telah berubah sejak saat itu, dan, terutama selama pandemi kesehatan global, kita memerlukan teori operasi untuk pembelajaran yang tidak terlihat lebih dari sebelumnya. Akibat Pandemi Covid-19, maka banyak yang terjadi dalam dunia pendidikan, yaitu:
- Perubahan Luar Biasa
- Muncul Polemik
- Tantangan Berat
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim telah mengeluarkan beberapa
kebijakan untuk mengatur kegiatan pembelaran selama masa pandemi ini. Hal
tersebut dikeluarkan melalui Surat edaran Nomor 4 Tahun 2020, yaitu tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus
Disease (Covid-19), tertanggal 24 Maret 2020. Tepatnya ada 6 (enam) kebijakan
yang dipaparkan dengan jelas. Namun, yang paling mendasar ialah merubah cara
belajar mengajar siswa dan guru adalah kebijakan belajar dari rumah. Kebijakan
belajar dari rumah ini sangat merubah kebiasaan, ataupun prilaku guru dan siswa
selama ini.
Pembelajaran Yang EFEKTIF (Baik)
- Meningkatkan kualitas berpikir (qualities
of mind) yaitu berpikir dengan efisien, konstruktif, mampu melakukan
judmen (judgment) dan kearifan (wisdom).
- Meningkatkan attitude of mind,
yaitu menekankan pada keingintahuan (curiosity), aspirasi-aspirasi
dan penemuan-penemuan.
- Meningkatkan kualitas personal (qualities
of person) yaitu karakter (character), sensitivitas (sensitivity),
integritas (integrity), tanggungjawab (responsibility).
- Meningkatkan kemampuan untuk
menerapkan konsep-konsep dan pengetahuan-pengetahuan pada situasi spesifik
PENELITIAN
YANG BAIK
Ciri-ciri:
1. Bersifat kritis dan analitis
2. Memuat konsep dan teori
3. Menggunakan istilah dengan tepat dan definisi
yang uniform.
4. Rasional
5. Obyektif
Ciri-Ciri lain:
1. Tujuan dan masalah penelitian harus digambarkan secara jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan kepada pembaca.
2. Teknik dan prosedur dalam penelitian itu harus dijalaskan secara rinci.
3. Obyektifitas penelitian harus tetap dijaga
dengan menunjukkan bukti-bukti mengenai sample yang diambil.
4. Kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan
penelitian harus diinformasikan secara jujur dan menjelaskan dampak dari
kekurangan tersebut.
5. Validitas dan kehandalan data harus diperiksa
dengan cermat.
6. Kesimpulan yang diambil harus didasarkan pada
hal-hal yang terkait dengan data penelitian.
7. Obyek atau fenomena yang diamati harus
betul-betul sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan motivasi yang kuat dari si
peneliti.
8. Coherency, saling kait mengkait antara bagian
yang satu dengan bagian yang lain, antara paragraf satu dengan yang lain,
antara bab yang satu dengan bab yang lain.
Study literature: Berbagai pembelajaran
efektif dalam menghadapi covid-19
(online)
Alia Ahmed
dkk
- Menggunakan online apps yang konek
dengan peserta didik secara visual
- Memodifikasi kuliah secara lebih efektif
- Mengadopsi gagasan tentang gamification
dan memasukkan lebih banyak
aktivitas online
- Mencoba konsep “flipped Classroom”dan mendorong peserta
didik untuk memimpin diskusi tentang topik tertentu.
- Mengimplementasikan konsep ‘self –learning’ dan mengpromosinya
melalui kelas online
Aziz Naciri
dkk: mobile learning sebagai alternatif:
- Metode pembelajaran dapat terjadi
dimana-mana dan kapan saja dan tidak terbatas tempatnya.
- Pendidik dapat memodivikasi
pembelajarannya secara bebas
- Peserta didik dapat belajar secara mandiri
Dapat
mengembangkan ketrampilan teknologi, ketrampilan berkomunikasi, mengembangkan
rasa kolaborasi, sharing ilmu dll
Joh W.
Moravec:
- Belajar secara virtual
- Mendorong siswa untuk belajar diluar
ruang kelas, merubah lingkungan belajar digital, dari top-down (pendidik
ke peserta didik) ke learner-ourward (peserta didik ke luar)
- Memfasilitasi kontak antar fakultas/lembaga dengan
memanfaatkan teknologi seperti
vidio konferen dan percakapan online
- Mengahdirkan produksi pengetahuan lintas
budaya sehingga menghasilkan
pengembangan soft
skill dalam ruang
digital.
- Menghadiri formasi yang bermakna, satu
persatu dengan peserta didik yang terisolasi karena pandemi
- Menciptakan kesadaran secara kelembagaan
untuk mempelajari dunia sekitar kita tentang perubahan-perubahan yang
terjadi selama covid 19
- Mengahdiri event –event internasional
secara online sambil mencari metode baru untuk mengevaluasi kreativitas
dan inovasi pengembangan ilmu pengetahuan pada level individu dan
kelembagaan.
Stephen
Murgatrotd: Online learning merupakan cara yang
sangat tepat dalam rangka menghadapi pandemi ini.
- Perlu kebijakan
- Fasilitas yang memadai
- Memperhatikan Perubahan tingkah laku peserta didik dan
pendidik
- Mendesai perencanaan pembelajaran yang baik
Membuat
evaluasi baik di sekolah maupun secara
nasional
Vera
Quiroz:
- Bimbingan secara individu
- Pendampingan kelompok
- Tindak lanjut dan umpan balek yang
konstan
- Memberi dukungan bagi mereka yang tidak
dapat berpatisipasi secara online
- Mengembangkan kompetensi kerjasama
walaupun dalam masa pengurungan
- Mengembnagkan sifat-sifat empati dan
kolaborasi
Z.
Zayapragassarazan:
- keterlibatan
siswa sangat penting untuk pembelajaran yang dapat diukur dengan menggunakan
sejumlah indikator perilaku.
- Indikator
perilaku untuk online peserta didik dapat dikategorikan sebagai
pembelajaran observasional perilaku dan aplikasi perilaku belajar.
- Observasional
perilaku belajar termasuk membaca email, membaca diskusi posting, melihat
video, melihat catatan kuliah, dokumen, kehadiran virtual terus menerus,
dll
pembelajaran aplikasi perilaku termasuk memposting
ke forum, menulis surat balasan, mengikuti kuis online dan tes lainnya,
memposting pertanyaan, mencari umpan balik, beri umpan balik, cari klarifikasi,
posting sumber daya yang dibuat sendiri,
membuat pembelajaran terlihat, dll.
Narwan
Satra Kelana:
- Tetapkan manajemen waktu
- Persiapkan teknologi yang dibutuhkan
- Belajarlah dengan serius
- Jaga komunikasi dengan pendidik dan
teman sekelas
I Putu Yoga
Purandina
- Komunikasi yang berkesinambungan antara
pendidik dan peserta didik
- Ketepatan informasi
- Informasi dan pesan yang disampaikan
dapat disetujui oleh peserta didik
Selain itu,
pendidik harus melakukan:
- Membuat aturan kelas daring
- Membangun suasana yang baik dalam
diskusi daring
- Pendidik tetap menggunakan
ekpresi-ekspre verbal maupun non verbal dalam memberikan feedback, reward
dan punishment.
- Pendidik harus mampu mengaitkan materi
dengan situasi kekinian dan terkini.
- Menggunakan vido atau animasi yang tidak
membosankan
- Menggubakan bahasa yang simpel
- Memahami kondisi atau keadaan peserta
didikinformasi yang diberikan harus jelas.
- Pendidik harus menanamkan sikap respek
pada peserta didik yang mengalami kesulitan
Peserta
didik harus menanamkan jiwa demokratis kepada peserta didiknya.
7 Tips
mengajar dari Kemendikbud pada masa Pandemi Covid-19:
- Jangan stress
- Mencoba untuk membagi kelompok belajar
menjadi kelompok kecil-kecil
- Mencoba untuk project based learning
- Alokasikan waktu yang lebih banyak bagi
yang tertinggal
- Fokus terhadap waktu yang paling penting
- Saling interaksi dengan sesama pendidik
- Have fun
Cara pandang
terhadap covid-19
- Reflective thinking, revolves around the thinking about a
certain subject, content, or problem where a thinker analyzes, estimates,
and reconstructs such a thought in the best way possible.
Berpikir reflektif berkisar tentang pemikiran mengenai subjek tertentu, konten, atau masalah di mana para pakar menganalisis, memperkirakan, dan merekonstruksi sebuah pemikiran dengan cara yang terbaik. - Reflective attitudes tends to lead more to affective
aspects. In other words, reflective attitudes prioritize internal aspects
such as attitudes that can affect learning and learners internally.
However, reflective attitudes, which are the focus of this paper, tend to
lead more to affective aspects. bersikap reflektif cenderung lebih mengarah kepada aspek afektif. yaitu sikap reflektif
memprioritaskan aspek internal seperti sikap-sikap yang dapat mempengaruhi pembelajaran dan peserta didik secara internal.
Namun, sikap reflektif, yang menjadi fokus tulisan disini adalah cenderung mengarah pada aspek-aspek afektif.
Reflective
Thinking Vs Reflective Attitudes
Reflective
Thinking:
- Identifying and finding problem: mengidentifikasi dan menemukan masalah.
- Collecting information: mengumpulkan informasi.
- Formulating hypothesis: membuat kesimpulan sementara.
- Testing the hypothesis: menguji hipotesis.
- Evaluating and constructing policy: melakukan evaluasi dan membuat kebijakan
REFLECTIVE ATTITUDES
- Open-mindedness: bersikap terbuka, aktif mendengarkan
perspektif-perspektif orang lain, mempertimbangkan alternatif-alternatif
yang telah diputuskan sebelumnya.
- Whole-heartedness: persoalan yang ditemukan akan
diselesaikan dengan lebih efektif dan menjadikan sesuatu itu akan lebih
mudah.
- Responsibility: sifat moral, sikap moral dalam menyerap
materi dan menjangkau kemampuan seseorang, memiliki rasa tanggung jawab
moral, sikap dan intelektual dalam melakukan berbagai aktivitas.
1.
Open-mindedness
(Keterbukaan/pikiran)
a. A free choice for learners to do unbiased
things, bias nature, and away from thoughts that are closed-minded and rigid;
(Peserta didik bebas memilih untuk melakukan untuk melakukan hal-hal
yang tidak bias, bias secara
alami, dan jauh dari pemikiran-pemikiran tertutup dan kaku)
b. A desire on the part of learners to explore
the perspectives or opinions that are different from their own; (sebuah
hasrat/keinginan dimana peserta didik dapat mengemukakan perspektif-perspektifnya secara berbeda sesama mereka)
c. Open to other alternatives, which means that
a learner does not perceive that he or she is the most correct one, more than
his or her other colleagues. (memiliki alternatif-alternatif, yaitu peserta didik tidak menganggap dirinya yang paling benar dari pada teman-temannya yang lain)
2.
Whole-heartedness
(Sepenuh
hati)
a. In resolving issues or problems faced by learners, these issues or problems should be solved effectively; (peserta didik dalam menyelesaikan berbagai isu/masalah yang dihadapinya adalah diselesaikanya secara efektif)
b. Learners must strive to turn difficult problems into easier problems so that learning does not become intimidating to them (Peserta didik berusaha mengubah isu/masalah yang sulit dalam pembelajaran menjadi lebih mudah sehingga tidak menjadi intimidasi bagi mereka sendiri)
3.
Responsibility
(bertangung jawab)
a. Full support to the desires or interests that
appear in learners; (Perlu dukungan penuh terhadap hasrat/keinginan/minat yang muncul pada peserta didik)
b. Possessing a sense of responsibility in their
attitude towards what has been done; (memberikan rasa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sikap yang telah mereka lakukan)
c. Learners must have personal integrity as a
sense of responsibility for what they have been owned by internalization. (Peserta didik
harus memiliki integritas secara
personal sebagai rasa bertanggung jawab mereka terhadap apa yang telah mereka
miliki melalui internalisasi)
PENDEKATAN: Internalisasi
Internalisasi
adalah suatu model pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan. Atau
sebuah ide yang mempertahankan individu secara alami untuk menjadikan seseorang
yang potensial dalam mencari cara untuk merealisasikan sifatnya secara esensial
sebagai makhluk hidup yang istimewa.
Implikasinya
- Melahirkan konsep-konsep yang inovatif
dan kreatif melalui Open-mindedness
- Melahirkan berbagai pendekatan dan
metodol0gi yang relevan melalui Whole-heartedness
- Menghasilkan teknologi yang inovasi dan
kreatif melalui Responsibility